MAKALAH
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG
BERKAITAN DENGAN PERKAWINAN, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR
DISUSUN OLEH
:
IZHATI
CHOIRINA
NIM.
12.102.017
AKEDEMI KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL
HASAN GENGGONG
TAHUN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk
menyelesaikan makalah ini. dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas
mata kuliah ,yaitu “Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan Perkawinan,
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir” . Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Genggong,1 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
1.1 KATA
PENGANTAR
1.2 DAFTAR
ISI
1.3 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
1.4 BAB
II PEMBAHASAN
A. ASPEK-ASPEK
SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTEK KEBIDANAN
B. ASPEK
SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN
C. ASPEK
SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP TRIMESTER KEHAMILAN
D. ASPEK
SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN KALA I, II, III, IV
E. ASPEK
SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS
F. ASPEK
SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN BAYI BARU LAHIR
G. ASPEK
SOSIAL YANG BERKAITAN DENGAN BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
H. ASPEK
SOSIAL YANG BERKAITAN DENGAN KELUARGA
1.5 BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1.6 BAB IV
A. DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester
kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya
dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut
dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASPEK-ASPEK
SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTEK KEBIDANAN
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini di hadapkan
pada masyarakat yang lebih terdidik dan mampu membeli pelayanan kesehatan yang
di tawarkan atau dibutuhkan ( Martoyo, 1998 ). Masyarakat mengiginkan pelayanan
kesehatan yang murah, nyaman sehingga memberi kepuasan ( sembuh cepat dengan
pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu mengembangkan suatu system pelayanan
yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat ( Martoyo,
1998 ). Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam
memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan kebidanan ) untuk masyarakat,
menggunakan bebagai sumber daya seperti ketenangaan, mesin, bahan, fasilitas,
modal, energy dan waktu ( timpe, 2000 ).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional ataupun global Wheeler, (1999) dalam Hamid (2001). Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik maka perlu aanya pendekatan social budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien.
Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang adekuat, menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
PENDEKATAN DALAM SISTEM KESENIAN TRADISIONAL
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil
1. Pengertian menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok
b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya
Merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus, setelah manusia dapat mencykuoi kebutuhan fifiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu uga pandangan indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian.
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan , perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah iitu untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu serta idea yang melantar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
PENDEKATAN DALAM SISTEM PAGUYUBAN
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih ekonomi.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional ataupun global Wheeler, (1999) dalam Hamid (2001). Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik maka perlu aanya pendekatan social budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien.
Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang adekuat, menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
PENDEKATAN DALAM SISTEM KESENIAN TRADISIONAL
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil
1. Pengertian menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok
b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya
Merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus, setelah manusia dapat mencykuoi kebutuhan fifiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu uga pandangan indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian.
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan , perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah iitu untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu serta idea yang melantar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
PENDEKATAN DALAM SISTEM PAGUYUBAN
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih ekonomi.
Ciri-ciri paguyuban :Menurut Ferdinand tones cirri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :
1Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja
dan tidak untuk orang lain diluar “kita”
Sedangkan secara umum cirri-ciri paguyuban yaitu :
1.Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2.Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3.Tidak suka menonjolkan diri
4.Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
5.Sifat gotong royong masih kuat
6.Hubungan kekeluargaan masih kental
1Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja
dan tidak untuk orang lain diluar “kita”
Sedangkan secara umum cirri-ciri paguyuban yaitu :
1.Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2.Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3.Tidak suka menonjolkan diri
4.Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
5.Sifat gotong royong masih kuat
6.Hubungan kekeluargaan masih kental
B.
ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN
Berdasarkan pada aspek
sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Pada fase
pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan penuh
kebahagian, dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan. Pada fase
pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang
sebenarnya dari pasangan. Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan
terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi. Apabila sukses
dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima
kenyataan. Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan
berapatasi dan membuat aturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka fase
kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut aspek sosial budaya faktor pendukung
keberhasilan penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling
memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai,
saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana
pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola
perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan
menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagiaan dalam hidup berumah
tangga akan tercapai.
Sedangkan menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan di awal pernikahan, suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama diantara suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan, perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan, yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah tangga, sehingga masing- masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.
Sedangkan menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan di awal pernikahan, suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama diantara suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan, perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan, yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah tangga, sehingga masing- masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.
C. ASPEK
SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP TRIMESTER KEHAMILAN
Perawatan kehamilan merupakan salah satu factor yang amat
perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga
pertumbuhan.Memahami perawatan kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak
kesehatan bayi dan si ibu sendiri.fakta berbagai kalangan masyarakat di
Indonesia masih banyak ibu ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang
biasa, hal alamiah dan kodrati.Mereka merasa tidak perlu memerikasakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter.Masih banyaknya ibu ibu yang kurang
menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya
factor factor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.Resiko ini bari
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat
dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.Selain dari kurangnya
pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalhan permasalahan pada
kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh factor nikah diusia muda yang
masih banyak dijumpai didaerah pedesaan.Disamping itu dengan masih adanya
preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku yang
menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut turut dalam jangka waktu yang
relative pendek, menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi.Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan 2 dan pantangan pantangan
terhadap beberapa makanan.Sementara kegiatan mereka sehari hari tidakk
berkurang. Ditambah lagi dengan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan
yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak
negative terhadap kesehatan ibu dan janin.Tidak heraan kalau anemia dan kurang
gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama dipedessaan.Dikatakan pula bahwa
penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena
kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.Beberapa kepercayaan
yang ada misalnya di jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan
telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
meyebabkan perdarahan yang banyak.Sementara disalah satu daerah jawa barat ibu
yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makanannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.Dimasyarakat betawi berlaku
pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.Contoh lain didaerah Subang pantang makan dengan
piring yang besarkarena khawatir bayinya akan besar sehingga mempersulit
persalinan.Dan memangselain ibunya kurang gizi berat badan bayi yang dilahirkan
juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si
bayi.Selain itu larangan untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas,
ketimun dll bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat didaerah pedesaan.
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah .Data survey kesehatan
Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
beranak.Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih
terdapat praktek praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si
ibu.Penelitian iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek
yang membawa resiko infeksi seperto “ngolesi”(membasahi vagina dengan minyak
kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina
dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama bejam jam yang
dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan
karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti
dan dapat memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta
membawa ibu dan bayi sampai 40 hari.Disamping itu juga masih adanya keterbatasan
jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.Walaupun sudah banyak dukun beranak yang
dilatih namun praktek praktek tradisional tertentu masih dilakukan.Interaksi
antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat
menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara medis penyebab
klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan , infeksi,
eksklamsia(keracunan kehamilan).
D. ASPEK
SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN KALA I, II, III, IV
E. ASPEK
SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS
Masa nifas adlah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang
lamnya enam minggu.
Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa
nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk
mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.
1. macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas
~Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele,
keong ,daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang
berminyak.
Dampak positif: tidak ada
Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi
sehat.
~Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe
tanpa garam ,ngayep´dilarang
banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar.
Dampak positif:tida ada
dampak negative :merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka.
~masa nifas dilarang tidur siang.
Dampakpositif:tidakada
Dampak negative : karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja
berat. Karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan
bayi‡
~Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak makan makanan yangpadat.
Dampak positif : Hal ini
dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat
menyebabkan badan masa nifas
mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI
menjadii berkuran
~ Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Dampak positif:
tidak ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru
lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2
kali dalam bulan pertama yaitu umur0-7haridan8-30hari .
~ Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis
/ lerongan dan tapel.
Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi
menjadii lancar
Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak
kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat /
menyebabkan alergi.
~Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur
garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.
Dampak positif : tidakada
Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi
yang diperlukan oleh ibu
menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya.
~Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dampak positif : dari sisi medis, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya,
aktivitas yang satu ini akan
menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni
mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau
malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun
pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi
Dampak negative: tidakada.
2.Aspek social budaya pada masa
nifas pada daerah yang lain:
1.Harus pakai sandal kemana pun iBu harus pergi, selama
40hari.
2.Harus memakai Stagen /udet/ centing. (positif)
3.Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4.Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada
badannya cepat hilang.
5.Tidak boleh bicara dengan keras keras
6.tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar
dan peredaran darah lancar .
7.kalau tidur/ duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk
/posisi miring, hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru
melahirkan/ mudah terkena Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung
sayur-sayuran.
9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu
aktifitas Bayi.
F.
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG
BERKAITAN DENGAN BAYI BARU LAHIR
Seorang bayi yang baru lahir
umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 – 3.6 kg dengan panjang 45 – 55 cm. Tetapi
ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat tubuhnya dalam hari-hari setelah
kelahiran. Kemudian pada akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik
kembali.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik lunak dari kepala disebut fontonel. Dimana tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan meutup dengan sempurna. Fontonel anterror.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik lunak dari kepala disebut fontonel. Dimana tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan meutup dengan sempurna. Fontonel anterror.
Menjadi orang tua baru
memang menyenangkan, tapi terkadang juga bisa menjadi gugup atau penakut karena
banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa turun temurun dari orang-orang tua
kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari mitos-mitos yang dianut
orang tua kita. Namun menurut saya mitos-mitos itu tidak selalu salah, mungkin
hanya beda pengertian saja namun juga tidak semuanya benar, bahkan ada yang
benar-benar salah menurut dokter. Inilah beberapa mitos yang masih beredar di
masyarakat.
1. Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih berat memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan motorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat cuaca dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya dengan pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di dalam perut tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu lahirpun masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.
2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
Sebenarnya tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan si bayinya "sakit tau..." Jadi mau ditarik-tarik setiap detikpun kalo memang tidak mancung ya ga bakal mancung.
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Ini jelas salah karena pemakaian gurita akan menghambat perkembangan organ-organ perut. Sekarang bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa sesak dan tidak nyaman bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung n paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.
4. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus membelikan pakaian yang baru lagi.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker penutup mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI nya.
1. Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih berat memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan motorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat cuaca dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya dengan pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di dalam perut tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu lahirpun masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.
2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
Sebenarnya tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan si bayinya "sakit tau..." Jadi mau ditarik-tarik setiap detikpun kalo memang tidak mancung ya ga bakal mancung.
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Ini jelas salah karena pemakaian gurita akan menghambat perkembangan organ-organ perut. Sekarang bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa sesak dan tidak nyaman bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung n paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.
4. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus membelikan pakaian yang baru lagi.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker penutup mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar